Senin, 22 Juli 2013

Minta tolong atau memerintah

Kemarin, saya mendapat email seperti ini dari seseorang, saya menduganya adalah siswa SMA. 

Halo, saya mempunyai tugas bahasa Jerman membuat karangan liburan. apakah anda bisa mentranslatenya? please... tugasnya akan dikumpulkan besok pagi....please....


Buat saya, email seperti ini tidak patut, karena memerintah saya. Saya tidak kenal dengan yang membuat email ini, sebaliknya, yang mengirim email ini juga tidak kenal saya. Lalu apa haknya memerintah saya. Kedua, menulisnya dengan huruf besar. Secara etika berinternet-an, menulis dengan huruf besar menunjukkan si penulis marah, jadi email ini sangat tidak sopan untuk saya.

Saya membuat blog ini untuk berbagi pengetahuan. Kalau anda mau belajar bahasa Jerman secara privat dengan saya, saya dan teman-teman saya akan membantu. Anda ingin meminta informasi bersekolah di Jerman, saya dan teman-teman saya akan membantu. 

Balik lagi kepada kesopanan, saya jadi ingat cuplikan lagunya Opie Andaresta, "Sekarang jaman internet, tapi etiket gak boleh macet".  

Menterjemahkan dari bahasa Indonesia ke bahasa Jerman itu biayanya mahal. Dan meskipun anda mampu membayarnya, tetap anda tidak boleh memerintah orang yang membantu anda.

Saya tidak melarang anda untuk minta tolong pada saya terkait pelajaran bahasa Jerman. Misalnya mengoreksi tulisan atau karangan anda, meski anda bukan murid saya langsung. Kirimkan tulisan anda yang sudah dibuat dalam bahasa Jerman, nanti saya bantu koreksi. Ini namanya orang yang berniat mau belajar dengan benar. Tetapi bukan minta tolong dengan nada memerintah seperti email di atas. :D 


1 komentar:

  1. Iya, betul
    Sekarang pada seenaknya. Dia gak minat belajar. yang penting lulus tapi nilai kosong.
    Kalaupuan menyuruh, translator itu mahal

    BalasHapus

Berkunjung ke Jerman setelah pandemi

Gott sei Dank. Thanks God. Alhamdulillah. Puji Tuhan. Setelah pandemi Corona berakhir, Jerman mencabut larangan bagi orang Indonesia untuk b...